Hujan dan Macetnya Ibukota

Jakarta, adalah pusat pemerintahan negara Indonesia. Kota yang pembangunannya termasuk yang tercepat di Indonesia. Di Jakarta nyaris tak ada ruang kosong, semua lahan telah terisi oleh bangunan-bangunan yang megah. Gedung perkantoran yang menjulang tinggi, mall, hingga supermarket dapat di temukan di Jakarta dengan mudahnya. Di balik pembangunan tersebut, ada satu hal yang mereka abaikan yaitu Sistem drainase. Bisa kita lihat ketika hujan melanda jakarta selama 1-2 jam tanpa berhenti, di jalanan hanya terlihat air dan hanya sedikit nampak aspal dari jalan tersebut. Ya, itu akibat dari sistem drainase yang buruk dan pengalihan fungsi yang menjidikan gorong-gorong sebagai tempat sampah terdekat. Tingkat kesadaran masyarakat yang minim menyebabkan genangan tersebut terjadi dan ketika mereka merasakannya, mereka hanya menunjuk ataupun saling tunjuk menyalahkan orang lain.
Hujan bagi masyarakat Jakarta adalah sebuah kutukan bagi mereka, karena setelah hujan mereka akan berdiam diri menikmati penuhnya sesaknya kendaraan di jalanan Ibukota. Kendaraan bermotor yang tak bergerak selama 30 menit dan bergerak hanya sejauh 1-5 meter saja merupakan suatu ironi untuk kita semua. Hujan dan macet telah menjadi satu kesatuan dimana waktu istirahat berkurang. Hujan adalah Macet, itulah kata yang terucap oleh mereka.
Genangan air tersebut terjadi dari kita, oleh kita, dan untuk kita juga karena telah seenaknya mengubah fungsi saluran air/resapan. Maka dari itu kita tingkatkanlah kesadaran akan membuang sampah pada tempatnya, membuat sistem drainase yang baik dan gunakan kendaraan umum. Pemerintah tak akan berhasil mengatasi permasalahan ini tanpa dukungan dari kita juga.

Cintailah dirimu dan alammu, dan jagalah kelestariannya.